Perkembangan Dan Berakhirnya Dakwah Islam Di Andalusia
Assalam Print - Perkebangan Dakwah Islam di Andalusia dan Berakhirnya Pemerintahan Islam di Andalusia.
Setelah Andalusia beralih menjadi bagian dari pemerintahan Islam semakin mudah penyebaran Islam ke Benua Eropa. Selama 45 Tahun di bawah pimpinan Islam, Andalusia menjadi negara termaju di Eropa. Ketika Dinasti Umayyah di Damaskus digantikan oleb Bani Abas, salah seorang tokoh Bani Umaiyyah memasuki Andausia bernama Abdurrahman Ad Dakhil yang diangkat oleh Khalifah yang berpusat di Damaskus. Islam di Spanyol terus berkembang. Bahkan tentara Islam berhasil, tidak hanya menguasai dataran Spanyol, tetapi sampai ke wilayah Hertogdom, Aquitania yang termasuk wilayah Perancis.
Abdurrahman Ad Dakhil memproklamirkan Andalusia sebagal negara yang berdiri sendiri dan lepas dan pemenintahan Daulat Abbasiyah yang berpusat di Bahgdad. Pemerintahan Abbasiyah mendukung usaha tersebut. Abdurrahman kemudian diberi gelar Ad Dakhil yang artinya memasuki negeri. Khalifah Mansur dan Dinasti Abbasiyah membeni gelar “Saqar Quraisy” yang artinya Rajawali Quraisy.
Abdurrahman Ad Dakhil berkuasa selama 31 tahun (138-172 HI 757-788 M). Dalam masa yang singkat Abdurrahman Ad Dakhil berhasil menjadikan Andalusia sebagai negara Islam yang kuat dan megah. (Baca : Proses Islam Masuk Ke Eropa)
Pada masa itu pulalah dibangun Mesjid Agung di Cordova yaitu Mesjid Al Hambra yang terkenal sampai sekarang dengan arsitekturnya yang indah, mendirikan lembaga-lembaga pendidikan tinggi, lembaga ilmiah yang banyak melahirkan pemikir Islam dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti Hukum, Tehnologi, Ilmu Pasti, Astronomi, Filsafat dan lain-lain. Salah satu kunci kemakmuran Andalusia ialah adanya irigasi untuk pertanian.
Bahasa resmi masyarakat Andalusia semula adalah bahasa latin kemudian diganti dengan bahasa persatuan dan perdamaian yaitu bahasa Arab oleh Hisyam bin Abdurrahman (172-180 H1788-796 M).
Roda pemerintahan terus berjalan, kepala pemerintahan boleh berganti, namun pembangunan terus berlanjut. Al Ausath yang bergelar Abdurrahman 11(206-238 H1822-852 M) membangun kota Lusitania, Andalusia, Mursia, Valensia, Castile. Kota-kota tersebut diperindah dan dilengkapi, dengar sarana umum.
(Baca : Kemajuan Yang Dicapai Islam Di Spanyol)
Disamping itu juga didirikan Mesjid besar lengkap dengan perpustakuan (Kutub Khanah), sehingga pendidikan berjalan dengan baik, ilmu pengetahuan dan filsafat berkembang pesat.
Masyarakat Andalusia diberi keleluasaan memilih agama yang dianutnya. Perbedaan agama tidak menjadi penghalang bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, dan tidak pula menjadi penyebab perpecahan. Bahkan yang terjadi adalah kerjasama yang baik antara umat Islam dan Kristen. Banyak orang Kristen yang memegang jabatan penting dalam pemerintahan dan militer.
Pemerintahan bertindak sangat tegas terhadap pihak-pihak yang berusaha memecah belah rakyat melalui perbedaan agama. inilah salah satu ciri dan sistem politik Islam yang dikembangkan sejak masa Nabi sampai Dinasti Umaiyyah maupun Abbasiyah.
(Baca : Kondisi Belajar Mengajar Yang Efektif)
Pada masa Abdurrabman III kota Kordova (Cordova) tumbuh menjadi kota besar dan megah pada masa itu. Di sana dibangun jembatan panjang yang melintas di atas sungai Wail Kabir dan Madinatuz Zahra. Ini menandakan, betapa tingginya kemampuan teknologi yang dimiliki umat Islam saat itu.
Masyarakat dibebaskan memilih pendidikan. Apakah akan belajar di Andalusia atau ke Eropa. Cordova saat ini menjadi salah satu kota ilmu pengetahuan dan menjadi pusat kebudayaan Islam di Barat. Sedangkan Baghdad merupakan pusat kebudayaan Islam di Timur.
Khalifah terakhir dan keturunan Bani Umaiyyah adalah Hisyam 11(366-399 H/976-1009 M). Setelah itu Andalusia dipecah menjadi beberapa kerajaan kecil agar pemerintahan lebih efektif. Salah satu kerajaan di Andalusia ialah Daulat Murabbihim (479-540 H/1088-1148 M). Pada masa inilah lahir seorang tokoh Islam yang menjadi bapak ilmu pengetahuan bangsa Barat yaitu Ibnu Rusyd yang di Eropa dikenal dengan nama Averus. Ibnu Rusyd ialah Bapak Kedokteran Islam dan Filusuf Islam.
(Baca : Tugas, Peran Dan Kompetensi Guru)
Berakhirnya Pemerintahan Islam di Andalusia
Setelah melihat kemajuan dunia Islam khususnya di Spanyol, kerajaan Kristen di Eropa mulai bangkit menyadari kelemahannya. Hampir semua bekas jajahan Eropa bergabung dengan Dunia Islam, mulai dari Damaskus, Palestina, Mesir, Afrika, Turki dan sebagian negeri Eropa. Khalifah Turki Usmani menguasai kerajaan-kerajaan besar Asia, Afrika dan Eropa. Khalifah Islam di Andalusia memimpin Spanyol.
Sejak abad ke-lO orang-orang Kristen di Barat telah menggalang persatuan untuk meruntuhkan keperkasaan dunia Islam dengan mengobarkan perang Salib yang benlangsung selama 200 tahun (1099-1292M). Namun pemerintahan Islam masib terlalu kuat untuk ditundukkan.
Baru pada pertengahan abad ke-15 sejak Eropa diguncang oleh gerakan Reneisance, negara-negara Barat bangkit. Alam pikiran mereka selama ini terkungkung oleh kekuasaan gereja. Kini mulai melepaskan diri dan campur tangan gereja dan memproklamirkan paham pikiran bebas memisahkan antara agama dan politik (negara). Paham inilah yang dikenal dengan pahan sekuler atau sekulerisme.
(Baca : Jenis, Model Dan Proses Perencanaan Pembelajaran)
Kelemahan Kerajaan Andalusia pada akhir masa kejayaannya sama dengan apa yang dilakukan oleh Abbasiyah, yaitu lemah dalam pertahanan. Sebab seluruh energi ditumpahkan sepenuhnya untuk ilmu pengetahuan dan mengabaikan pembinaan pertahanan negara. Kelemahan inilah yang dimanfaatkan kaum Kristen di Spanyol dan Hulako Khan di Baghdad.
Setelah Ibukota Andalusia diduduki bangsa Barat, buku-buku ilmu pengetahuan dan berbagai cabang ilmu dirampas, kemudian diterjemahkan ke bahasa latin tanpa menyebutkan pengarangnya. Bangunan-bangunan monumental dan mesjid-mesjid dirubah menjadi gereja. Sementara kaum muslimin ditangkap dan dibunuh.
Akhirnya berakhirlah kejayaan Islam dan kejayaan Andalusia.
Setelah Andalusia beralih menjadi bagian dari pemerintahan Islam semakin mudah penyebaran Islam ke Benua Eropa. Selama 45 Tahun di bawah pimpinan Islam, Andalusia menjadi negara termaju di Eropa. Ketika Dinasti Umayyah di Damaskus digantikan oleb Bani Abas, salah seorang tokoh Bani Umaiyyah memasuki Andausia bernama Abdurrahman Ad Dakhil yang diangkat oleh Khalifah yang berpusat di Damaskus. Islam di Spanyol terus berkembang. Bahkan tentara Islam berhasil, tidak hanya menguasai dataran Spanyol, tetapi sampai ke wilayah Hertogdom, Aquitania yang termasuk wilayah Perancis.
Abdurrahman Ad Dakhil memproklamirkan Andalusia sebagal negara yang berdiri sendiri dan lepas dan pemenintahan Daulat Abbasiyah yang berpusat di Bahgdad. Pemerintahan Abbasiyah mendukung usaha tersebut. Abdurrahman kemudian diberi gelar Ad Dakhil yang artinya memasuki negeri. Khalifah Mansur dan Dinasti Abbasiyah membeni gelar “Saqar Quraisy” yang artinya Rajawali Quraisy.
Abdurrahman Ad Dakhil berkuasa selama 31 tahun (138-172 HI 757-788 M). Dalam masa yang singkat Abdurrahman Ad Dakhil berhasil menjadikan Andalusia sebagai negara Islam yang kuat dan megah. (Baca : Proses Islam Masuk Ke Eropa)
Pada masa itu pulalah dibangun Mesjid Agung di Cordova yaitu Mesjid Al Hambra yang terkenal sampai sekarang dengan arsitekturnya yang indah, mendirikan lembaga-lembaga pendidikan tinggi, lembaga ilmiah yang banyak melahirkan pemikir Islam dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti Hukum, Tehnologi, Ilmu Pasti, Astronomi, Filsafat dan lain-lain. Salah satu kunci kemakmuran Andalusia ialah adanya irigasi untuk pertanian.
Bahasa resmi masyarakat Andalusia semula adalah bahasa latin kemudian diganti dengan bahasa persatuan dan perdamaian yaitu bahasa Arab oleh Hisyam bin Abdurrahman (172-180 H1788-796 M).
Roda pemerintahan terus berjalan, kepala pemerintahan boleh berganti, namun pembangunan terus berlanjut. Al Ausath yang bergelar Abdurrahman 11(206-238 H1822-852 M) membangun kota Lusitania, Andalusia, Mursia, Valensia, Castile. Kota-kota tersebut diperindah dan dilengkapi, dengar sarana umum.
(Baca : Kemajuan Yang Dicapai Islam Di Spanyol)
Disamping itu juga didirikan Mesjid besar lengkap dengan perpustakuan (Kutub Khanah), sehingga pendidikan berjalan dengan baik, ilmu pengetahuan dan filsafat berkembang pesat.
Masyarakat Andalusia diberi keleluasaan memilih agama yang dianutnya. Perbedaan agama tidak menjadi penghalang bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, dan tidak pula menjadi penyebab perpecahan. Bahkan yang terjadi adalah kerjasama yang baik antara umat Islam dan Kristen. Banyak orang Kristen yang memegang jabatan penting dalam pemerintahan dan militer.
Pemerintahan bertindak sangat tegas terhadap pihak-pihak yang berusaha memecah belah rakyat melalui perbedaan agama. inilah salah satu ciri dan sistem politik Islam yang dikembangkan sejak masa Nabi sampai Dinasti Umaiyyah maupun Abbasiyah.
(Baca : Kondisi Belajar Mengajar Yang Efektif)
Pada masa Abdurrabman III kota Kordova (Cordova) tumbuh menjadi kota besar dan megah pada masa itu. Di sana dibangun jembatan panjang yang melintas di atas sungai Wail Kabir dan Madinatuz Zahra. Ini menandakan, betapa tingginya kemampuan teknologi yang dimiliki umat Islam saat itu.
Masyarakat dibebaskan memilih pendidikan. Apakah akan belajar di Andalusia atau ke Eropa. Cordova saat ini menjadi salah satu kota ilmu pengetahuan dan menjadi pusat kebudayaan Islam di Barat. Sedangkan Baghdad merupakan pusat kebudayaan Islam di Timur.
Khalifah terakhir dan keturunan Bani Umaiyyah adalah Hisyam 11(366-399 H/976-1009 M). Setelah itu Andalusia dipecah menjadi beberapa kerajaan kecil agar pemerintahan lebih efektif. Salah satu kerajaan di Andalusia ialah Daulat Murabbihim (479-540 H/1088-1148 M). Pada masa inilah lahir seorang tokoh Islam yang menjadi bapak ilmu pengetahuan bangsa Barat yaitu Ibnu Rusyd yang di Eropa dikenal dengan nama Averus. Ibnu Rusyd ialah Bapak Kedokteran Islam dan Filusuf Islam.
(Baca : Tugas, Peran Dan Kompetensi Guru)
Berakhirnya Pemerintahan Islam di Andalusia
Setelah melihat kemajuan dunia Islam khususnya di Spanyol, kerajaan Kristen di Eropa mulai bangkit menyadari kelemahannya. Hampir semua bekas jajahan Eropa bergabung dengan Dunia Islam, mulai dari Damaskus, Palestina, Mesir, Afrika, Turki dan sebagian negeri Eropa. Khalifah Turki Usmani menguasai kerajaan-kerajaan besar Asia, Afrika dan Eropa. Khalifah Islam di Andalusia memimpin Spanyol.
Sejak abad ke-lO orang-orang Kristen di Barat telah menggalang persatuan untuk meruntuhkan keperkasaan dunia Islam dengan mengobarkan perang Salib yang benlangsung selama 200 tahun (1099-1292M). Namun pemerintahan Islam masib terlalu kuat untuk ditundukkan.
Baru pada pertengahan abad ke-15 sejak Eropa diguncang oleh gerakan Reneisance, negara-negara Barat bangkit. Alam pikiran mereka selama ini terkungkung oleh kekuasaan gereja. Kini mulai melepaskan diri dan campur tangan gereja dan memproklamirkan paham pikiran bebas memisahkan antara agama dan politik (negara). Paham inilah yang dikenal dengan pahan sekuler atau sekulerisme.
(Baca : Jenis, Model Dan Proses Perencanaan Pembelajaran)
Kelemahan Kerajaan Andalusia pada akhir masa kejayaannya sama dengan apa yang dilakukan oleh Abbasiyah, yaitu lemah dalam pertahanan. Sebab seluruh energi ditumpahkan sepenuhnya untuk ilmu pengetahuan dan mengabaikan pembinaan pertahanan negara. Kelemahan inilah yang dimanfaatkan kaum Kristen di Spanyol dan Hulako Khan di Baghdad.
Setelah Ibukota Andalusia diduduki bangsa Barat, buku-buku ilmu pengetahuan dan berbagai cabang ilmu dirampas, kemudian diterjemahkan ke bahasa latin tanpa menyebutkan pengarangnya. Bangunan-bangunan monumental dan mesjid-mesjid dirubah menjadi gereja. Sementara kaum muslimin ditangkap dan dibunuh.
Akhirnya berakhirlah kejayaan Islam dan kejayaan Andalusia.
Post a Comment for "Perkembangan Dan Berakhirnya Dakwah Islam Di Andalusia"
- Silahkan Berkomentar Sesuai Artikel
- URL/Link Aktif atau Mati Akan Dihapus